Jembatan Beton Bertulang
Definisi
Jembatan beton merupakan jembatan
yang konstruksinya terbuat dari material utama bersumber dari beton.
Sifat
Dasar Beton
Beton
adalah suatu campuran yang terdiri dari agregat alam seperti kerikil, pasir,
dan bahan perekatBahan perekat yang biasa dipakai adalah air dan semen. Secara
umum, beton dibagi dalam dua bagian yaitu:
a.
Beton bertulang
b.
Beton tidak bertulang
Beton bertulang adalah suatu bahan
bangunan yang kuat, tahan lama dan dapat dibentuk menjadi berbagai ukuran.
Mamfaat dan keserbangunannya dicapai dengan mengkombinasikan segi-segi yang
terbaik dari beton dan baja dengan demikian apabila keduanya dikombinasikan,
baja akan dapat menyediakan kekuatan tarik dan sebagian kekuatan geser.
Beton tidak bertulang hanya mampu atau
kuat menahan kekuatan tekan dari beban yang diberikan.
Beban Yang Dihitung Dalam Merencanakan Jembatan
Secara
umum beban – beban yang dihitung dalam merencanakan jembatan dibagi atas dua
yaitu beban primer dan beban sekunder. Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setipa
perencanaan jembatan, sedangkan beban sekunder adalah beban sementara yang
mengakibatkan tegangan – tegangan yang relatif kecil daripada tegangan akibat
beban primer dan biasanya tergantung dari bentang,bahan,sistem kontruksi,tipe
jembatan dan keadaan setempat.
A. Beban
Primer
Beban
primer adalah beban yang merupakan muatan utama dalam perhitungan tegangan
untuk setiap perencanaan jembatan.
Beban
primer jembatan mencakup beban mati,beban hidup dan beban kejut.
1.
Beban Mati
Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat
sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur
tambahan tetap yang dianggap merupakan satu satuan dengan jembatan (Sumantri,
1989:63). Dalam menentukan besarnya muatan mati harus dipergunakan nilai berat
volume untuk bahan-bahan bangunan.
Contoh beban mati pada jembatan: berat beton, berat aspal, berat baja, berat pasangan bata, berat plesteran dll.
Rumus untuk berat sendiri:
QMS =
b . h . wc
Dimana : QMS=
Berat sendiri
b = Slab lantai
jembatan
h = Tebal slab lantai jembatan
wc = Berat beton
bertulang ( yang disyaratkan dalam RSNI
T-02-2005 adalah dari 23,5-25,5 )
Beban mati tambahan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Dimana : QMA = Beban mati tambahan
ta =
Tebal lapisan aspal + ovelay ( berat yang ditetapkan dalam RSNI T-02-2005 adalah 22,0 )
ha =
Tebal genangan air hujan ( berat yang
ditetapkan dalam RSNI T-02-2005 adalah 9,8 )
2.
Beban Hidup
Yang termasuk dengan beban hidup adalah beban yang berasal dari
berat kendaraan-kendaraan bergerak lalu lintas dan/atau pejalan kaki yang
dianggap bekerja pada jembatan. Berdasarkan PPPJJR-1987, halaman 5-7, beban
hidup yang ditinjau terdiri dari :
a.
Beban “T”(Beban lantai kendaraan)
Beban “T” merupakan beban kendaraan truk yang
mempunyai beban roda ganda (Dual Wheel Load) sebesar 10 ton, yang bekerja pada
seluruh lebar bagian jembatan yang dingunakan untuk lalu lintas kendaraan.
Beban hidup pada
lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban T) yang besarnya, T =
100 kN. Dengan menggunakan rumus:
PTT =
( 1 + DLA ) . T
Dimana
:
PTT = Beban truk “T”
DLA =
Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk
a.
Beban “D”(Jalur lalu lintas )
Beban “D” adalah susunan beban pada setiap jalur lalu lintas
yang terdiri dari beban garis “P” ton per jalur lalu lintas (P = 12 ton) dan
beban terbagi rata “q” ton per meter panjang per jalur sebagai berikut:
q = 2,2
t/m
untuk L < 30 m.
q = 2,2 t/m – {(1,1/60) x (L – 30)}
t/m untuk 30 m < L < 60 m.
q = 1,1{1 + (30/L)}
untuk L > 60 m.
Ketentuan penggunaan beban “D” dalam arah melintang jembatan
sebagai berikut:
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan < 5,50 m,
beban “D” sepenuhnya (100%) harus dibebankan pada seluruh jembatan.
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan > 5,50 m,
beban “D” sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,50 m sedangkan lebar
selebihnya dibebani hanya separuh beban “D” (50%).
contoh beban hidup pada jembatan: beban kendaraan yang
melintas, beban orang berjalan dll.
1.
Beban Kejut
Menurut Anonim (1987:10) beban kejut diperhitungkan pengaruh
getaran-getaran dari pengaruh dinamis lainnya., tegangan-tegangan akibat beban
garis (P) harus dikalikan dengan koefisien kejut. Sedangkan beban terbagi rata
(q) dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan koefisien kejut. Besarnya
koefisien kejut ditentukan dengan rumus:
Dimana
: K = Koefisien kejut
L = Panjang dalam meter dari bentang yang bersangkutan
A. Beban
Sekunder
Beban
sekunder adalah beban pada jembatan-jembatan yang merupakan beban atau muatan
sementara, yang selalu bekerja pada perhitungan tegangan pada setiap
perencanaan jembatan. Pada umumnya beban ini mengakibatkan tegangan-tegangan
yang relative lebih kecil dari pada tegangan-tegangan akibat beban primer, dan
biasanya tergantung dari bentang, system jembatan, dan keadaan setempat.
Sedangkan
Beban Sekunder terdiri dari beban angin, gaya rem, dan gaya akibat perbedaan
suhu.
1.
Beban Angin ( EW )
Pengaruh tekanan angin bekerja dalam arah horizontal sebesar
100 kg/cm2. Dalam memperhitungkan jumlah luas bagian jembatan pada
setiap sisi digunakan jumlah luas bagian jembatan pada setiap sisi digunakan
ketentuan sebagai berikut:
Ø
Untuk jmbatan berdinding penuh
diambil sebesar 100% terhadap luas sisi jembatan
Ø
Untuk jembatan rangka diambil
sebesar 30% terhadap luas sisi jembatan.
Beban garis
merata tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat angin
yang meniup kendaraan di atas jembatan dihitung dengan rumus :
TEW =
0.0012 . Cw . (Vw)2
Dimana :
Cw = koefisien
seret = 1,2 ( RSNI T-02-2005 )
Vw
= Kecepatan angin rencana
Bidang vertikal
yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi ( h ) =
2.00 m di atas lantai jembatan.
Jarak
antara roda kendaraan ( x ) = 1.75 m
Transfer beban angin ke lantai jembatan dengan
menggunakan rumus:
PEW =
[ 1/2*h / x * TEW ]
1.
Beban Gaya Rem
Gaya ini bekerja dalam arah memanjang jembatan, akibat gaya
rem dan traksi ditinjau untuk kedua jurusan lalu lintas. pengaruh ini
diperhitungkan senilai dengan pengaruh gaya rem sebesar 5% dari muatan D tanpa
koefisien kejut yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang ada dalam satu
jurusan.
2.
Gaya Akibat Perbedaan Suhu
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan
setempat. Diasumsikan untuk baja sebesar C dan beton 10. Peninjauan khusus
terhadap timbulnya tegangan-tegangan akibat perbedaan suhu yang ada antara
bagian-bagian jembatan dengan bahan yang berbeda.
3.
Beban Gempa
Untuk pembangunan jembatan pada daerah yang dipengaruhi oleh
gempa, maka beban gempa juga diperhitungkan dalam perencanaan struktur jembatan
4.
Beban angin
Beban angin dihitung pada daerah konstruksi jembatan yang
harus menahan beban angin.
A. Beban
Khusus
Beban khusus adalah beban atau
muatan yang merupakan pemuatan khusus untuk perhitungan tegangan pada
perencanaan jembatan. Muatan ini bersifat tidak terlalu bekerja pada jembatan,
hanya berpengaruh pada sebagian konstruksi, tergantung pada keadaan setempat.
Yang termaksud beban khusus adalah:
1.
Gaya akibat gempa bumi
2.
Gaya akibat aliran air
3.
Gaya akibat tekanan tanah dan
lain-lain
Perencanaan Pipa Sandaran
Pada
perencanaan pipa sandaran, ditentukan:
1.
Beban hidup yang bekerja pada pipa
sandaran
2.
Luas penampang pipa
3.
Momen tahanan
4.
Diameter dan tebal pipa sandaraan
dilihat pada tabel
5.
Berat pipa = A x
beton
Perencanaan Tiang Sandaran
Pada
perencanaan tiang sandaran ditentukan:
1.
Beban horizontal ( H1 )
2.
Berat sendiri tiang sandaran + pipa
sandaran
3.
Tulangan tiang sandaran
Perencanaan Lantai Trotoar
Pada
perencanaan lantai trotoar ditentukan:
1.
Data-data perencanaan yang
dibutuhkan:
beton = 2400 kg/m3
Tebal trotoar
Tebal kerb beton
Mutu beton ( fc )
Mutu baja (fy )
2.
Beban-beban yang diperlukan:
Berat sendiri trotoar ( W1 )
Berat sendiri kerb beton ( W2 )
Beban hidup ( W3 )
Beban tiang sandaran + pipa ( W4 )
Beban horizontal pada tiang sandaran ( H1 )
Beban horizontal pada kerb beton ( H2 )
3.
Perhitungan momen
Momen akibat beban mati
Momen akibat beban hidup
Momen berfaktor
4.
Perhitungan tulangan
Pada perencanaan tulangan data yang diperlukan adalah:
Tinggi plat trotoar
Direncanakan tulangan utama
Selimut beton
Tinggi efektif
Dalam perhitungan tulangan ini Tinggi efektif dapat dihitung
dengan rumus:
Tulangan
bagi
Rumus
untuk fy = 350 Mpa
Perhitungan Lantai Kendaraan
Perhitungan lantai kendaraan
didasarkan pada:
A. Beban Pada
Lantai
1.
Beban mati
Akibat berat sendiri lantai kendaraan
Akibat berat aspal
Akibat berat air hujan
2.
Beban hidup
Beban hidup yang
bekerja pada lantai kendaraan adalah beban “T” yang merupakan kendaraan truk
yang mempunyai beban roda ganda sebesar 10 ton. Beban untuk jembatan kelas II
diambil sebesar 70 % yaitu untuk jembatan permanen.
Beban roda
disebar merata pada lantai kendaraan berukuran (2,25 x 3,5) m2 yaitu pada jarak
antara gelagar memanjang dan gelagar melintang. Bidang kontak roda untuk beban
70 % adalah (14 x 35) cm2 (sumber: PPPJJR -1987, hal:23). Besarnya T diambil 70
%, maka T = 70 % x 10 = 7 ton. Penyebaran gaya terhadap lantai jembatan dengan
sudut 450 dapat dilihat pada gambar berikut:
Penyebaran
Gaya :
Untuk
potongan memanjang lantai dengan menggunakan rumus:
u = a1 + 2 (1/2
x tebal plat beton + tebal aspal)
Untuk potongan
melintang lantai dengan menggunakan rumus:
v = b2 + 2 (1/2
x tebal plat beton + tebal aspal)
3.
Beban angin
Muatan angin
merupakan muatan sekunder. Berdasarkan PPPJJR 1987, tekanan angin diambil
sebesar 150 kg/m2. Luas bidang muatan hidup yang bertekanan angin ditetapkan
setinggi 2 m di atas lantai kendaraan, sedangkan jarak as roda kendaraan adalah
1,75 m. Reaksi pada roda akibat angin (R) :
Seperti terlihat pada gambar
berikut:
The casino near me - Jackson, MS - JTG Hub
BalasHapusCasino at 안성 출장안마 Jackson, 춘천 출장샵 MS. The 속초 출장샵 casino is near the airport and far from downtown MS Airport. 아산 출장샵 Casino with video poker and 경산 출장마사지 other games.